Selasa, Maret 08, 2016

Nostalgia TV, Nostalgia Masa Kecil


Salah satu grup WA, malam ini lagi ramai ngobrolin film-film di tipi tempo doeloe. Nyimak saja dan melelehlah air mata. Teringat Ibu saya yang membelikan kami TV dengan menjual perhiasan emas, seingat saya 19 gram. Sebuah TV hitam putih yang ada almarinya. Bisa dikunci.

Saat itu tahun 1984, kelas 6 SD. Listrik baru menyala di kampung kami. Ibu semula tidak mau membeli TV karena memang tidak ada anggaran, tidak punya uang. Semua terjadi atas desakan kami. Akhirnya Ibu bersedia membeli, tetapi dengan perjanjian hanya boleh menonton malam Ahad sampai dengan Ahad sore.

Saya sendiri nyaris tak pernah nonton TV kecuali Ahad siang. Saya lebih memilih menemani Mbah Lurah putri, tidur di rumah beliau yang tak ada TV. Saya senang karena Mbah lurah putri memberi uang dan makanan kecil ketika saya menginap menemani beliau. Lumayan, bisa buat uang jajan atau fotokopi. Ibu saya memang tidak pernah memberi kami uang jajan, tetapi setiap hari memasak termasuk membuat makanan jajanan untuk anak-anak. Ibu bersikap demikian karena sebuah prinsip dan juga didukung keterbatasan finansial keluarga kami.

Mbah lurah putri, beliau dipanggil demikian karena suami beliau semasa hidup adalah seorang kepala desa. Mbah lurah kakung meninggal ketika saya kelas 3 SD, beliau adik kandung mbah kakung saya. Mbah kakung saya meninggal ketika Ibu masih balita. Dulu mbah kakung bekerja sebagai helep (ulu-ulu) atau namanya kemudian kaur pengairan desa, sedangkan mbah lurah dulu seorang carik atau sekretaris desa. Gaji kepala desa dan pamong praja di kampung kami adalah sawah sanggan desa, yang bisa digarap selama menjabat. Saat meninggal, mbah lurah kakung sudah puluhan tahun menjadi kepala desa. Pada masa itu, jabatan kepala desa memang sampai seumur hidup. Meski begitu, kehidupan beliau sederhana, walaupun kampung kami subur makmur, gemah ripah loh jinawi.

Ah kenangan masa kecil tak kan pernah terlupa. Semua menjadi pelajaran berharga, yang bisa menjadi cerita untuk anak cucu kita.

***

Duhai Ibu, maafkan kami. Cinta dan doa kami selalu menemanimu. Smg Ibu bahagia dan mendapat kelapangan di alam sana. Allahumaghfirlaha warhamha wa'afihaa wa'fuanhaa

Tidak ada komentar:

Posting Komentar