Selasa, Desember 31, 2013

Terima Kasih Nak ^_^



Menjelang tidur, tidak jarang dua anak saya berantem sampai ramai. Masalahnya sederhana, memperebutkan saya untuk menemani mereka. Padahal mereka masih sekamar. Satu di atas, satu di bawah, dengan model tempat tidur yang ditarik-dorong. Sebenernya sudah ada jadwal, kapan saya bersama Kakak dan kapan bersama Dede. Tapi namanya anak-anak, tetap saja ada alasan untuk berantem. Si Dede kerap bilang, “Dulu waktu aku belum lahir, Kakak kan sudah sering sama Umi.”  :D


Ada lagi kebiasaan anak –anak saya menjelang tidur. Mereka selalu minta didongengkan sebelum tidur sampai tertidur. Saya memang suka melakukan ini, untuk menanamkan nilai-nilai. Apalagi menjelang tidur adalah saat paling efektif untuk ‘menghipnotis’ mereka. Jadilah mereka terbiasa mendengarkan dongeng sebelum tidur.

Tetapi adakalanya saat saya  sedang sakit, saya ingin suasana yang lebih tenang. Ingin juga sesekali istirahat mendongeng. Seringkali mereka menolak, atau membolehkan asal diberi izin untuk menonton TV di luar kamar sampai tertidur. Hanya ada dua pilihan: dongeng umi atau nonton TV. Kalau sudah begitu, saya tentu memilih alternatif pertama.

Sesekali saya memang merasa lelah. Apalagi sebagai tulang punggung keluarga, saya pun harus beraktifitas di luar rumah yang lumayan menguras pikiran dan tenaga. Tapi ketika mengingat besarnya pahala dan ridha Allah, semangat dalam diri ini kembali membara. Pun kalau mengingat bahwa kelak jika anak-anak sudah besar, saya mungkin akan merindukan masa-masa seperti itu. Suatu saat nanti, saya mungkin akan merindukan mereka memperebutkan saya untuk menemani tidur. Merindukan rengekan anak-anak yang minta didongengkan, dan merindukan banyak tingkah polah mereka yang lainnya lagi.

Saya masih terus menerus belajar untuk senantiasa bersyukur dan tidak mudah mengeluh atas apapun sikap mereka. Saat sikap mereka menyenangkan atau sedang menuntut kesabaran. Hingga saat ini, ada banyak orang yang masih merindukan untuk mendapat kesempatan menjadi seorang ibu. Sedangkan Allah telah mengaruniai saya anak-anak sebagai tempat mencurahkan kasih sayang. Mereka adalah ladang amal yang indah dan menjanjikan banyak harapan. Maka atas semua ini, saya pun menikmatinya dengan bahagia. Kelak ketika sudah meninggal, salah satu amalan yang tak pernah putus adalah anak-anak shalih-shalihah yang senantiasa mendoakan orang tuanya.

Terimakasih Nabilah dan Farras sayang …
Kalian adalah penyemangat hidup Ummi. Amanah Allah dan asset yang tak ternilai harganya bagi dunia akhirat Ummi dan Abi. Semoga kalian menjadi pribadi-pribadi shalih- shalihah, muslih-muslihah yang tangguh dan diridhai Allah. Pun menjadi hamba Allah yang bermanfaat bagi sesama, yang mencintai dan dicintai penduduk langit dan bumi. Semoga…^_^

Jumat, Desember 13, 2013

Diduluin Adik Nikah

Akhir pekan lalu, waktu nemenin salah seorang saudara  bersilaturahim ke keluarga  bakal calon suaminya, kami  ngobrol2 ma kakak perempuannya yang belum nikah.  Beliau  ini seorang akhwat, sebut saja  namanya Mbak Nina. Orangnya relatif  manis, kalem,  dan keliatannya  supel. Sebelum ini, Mbak Nina sudah diduluin ma seorang adik perempuannya. Nah, bentar lagi juga bakal diduluin ma adik laki-lakinya.  Adik laki-lakinya ini usianya juga udah 29 tahun, jadi iya memang sudah saatnya menikah.

Alhamdulillah, meski begitu  Mbak Nina  keliatan legowo, ramah,  dan  banyak senyum.  Mbak Nina juga  yang membantu  ngurusin pernak pernik seputar pernikahan adiknya .  Nanya-nanya  ukuran cincin,  sepatu, baju,  dsb yang nantinya  buat seserahan. Mungkin Mbak Nina termasuk orang yang berprinsip  bahwa jika kita memudahkan urusan orang lain, Allah juga akan memudahkan urusan kita. Apalagi urusan adik sendiri hehe

Sebagai sesama  wanita,  tentu saja  kami menaruh empati pada Mbak Nina. Bisa saja di depan kami dan banyak orang lainnya, Mbak Nina tak menampakkan kesedihannya. Mungkin  Mbak Nina lebih memilih  hanya mengadukannya pada Allah. Kalaupun misalnya mungkin sampai nangis2, cukup nangis2 pada-Nya.

Salut buat Mbak Nina.  Semoga Allah memudahkan urusan Mbak Nina dan mbak nina – mbak nina lainnya di dunia ini. ^_^

*Cuma mindain status Fb Rabu lalu ke sini. Hehe… habis blognya jarang diisi :D
Klw mw baca tema serupa bisa di sini  http://www.fimadani.com/pernikahan-saat-kakak-dilangkahi-adik/

Kamis, Juni 06, 2013

Selamat Jalan Ustadz Ragil



Ustadz Ragil Kuncoro, Ak, M.Sc.  telah dipanggil untuk berpulang ke  pangkuan Sang Khalik, Rabu pagi kemarin.  Enam hari sebelumnya, saya sempat  kaget mendengar kabar bahwa beliau sakit hingga koma. Pagi itu, saya kembali dikagetkan dengan  kabar meninggalnya. Kaget karena dua hari sebelumnya,  ada kabar bahwa kondisi beliau  telah membaik. Beliau  sudah siuman, mengenali  dan tersenyum  pada para penjenguk.  Saat itu  kami turut senang dan mendoakan agar beliau segera sembuh dan bisa beraktifitas seperti sedia kala. Namun, rupanya Allah berkehendak lain. 

Innalillahi wa inna ilaihi raaji’uun. Sesungguhnya kita adalah milik Allah dan kepada-Nyalah kita akan kembali. 

Saya tak  terlalu mengenal  Ustadz Ragil, tetapi saya mengenal isteri beliau, Mbak Lilis Widayani.  Mbak Lilis, kakak kelas dua tahun di atas saya.  Akhwat yang manis,  lemah lembut, dan pelan-pelan bicaranya. Lebih dua puluh tahun silam,  tepatnya awal tahun  1992,  kami sering bersama dalam perjalanan pulang dari Kramat Sentiong mengikuti kursus bahasa Arab. Saat itu kursus bahasa Arab masih jarang-jarang,  tidak  bertebaran  di mana-mana seperti sekarang.  

Saya lebih banyak mengenal Ustadz Ragil  dari milis sebelah. Seringkali  saya mengamati postingan atau komentar orang-orang di milis itu.  Salah satu milister yang aktif adalah Ustadz Ragil. Sepuluh hari  menjelang wafatnya, beliau pun  masih berkesempatan menulis. 

Subhanallah, cara beliau mengungkapkan pendapat patut  dicontoh. Pun demikian, ketika beliau menyampaikan ketidaksetujuan atas pendapat orang lain. Kata-katanya terpilih, cerdas, santai, dan santun. Sesuatu yang menunjukkan kelemahlembutan dan kemuliaan akhlak. 

Siang itu, ketika melepas keberangkatan Almarhum  menuju tempat istirahatnya yang  panjang, air mata pun bercucuran di wajah-wajah para pentakziah. Beberapa sambutan  tengah disampaikan dan doa-doa tulus tengah dimohonkan dengan khusyu.

Selamat jalan Ustadz Ragil...
Doa kami menyertai. Semoga Allah mengampuni dosa-dosa, memberikan  tempat terbaik di sisi-Nya, memberikan kebahagiaan, dan memasukkan beliau ke dalam golongan ahlul jannah. Kami di sini menjadi saksi atas kebaikan-kebaikan beliau.  Buat Mbak Lilis dan seluruh keluarga yang ditinggalkan, semoga Allah  senantiasa menganugerahi keikhlasan, kesabaran, ketabahan, dan  kemudahan dalam segala urusan.

***
Saat ini, ketika menulis catatan ini, saya  kembali merenung. Teringat oleh saya nasihat Imam Ghazali, bahwa yang paling dekat dengan kita di dunia ini adalah kematian.  Kita tak tahu kapan, di mana, dan sedang apa saat sang maut menjemput. Bisa saja  esok atau lusa bahkan beberapa  jam atau beberapa menit  lagi, kita bukan lagi penghuni alam dunia ini. 

Hidup di dunia ini hanya sekali, tak kan bisa kita mengulanginya lagi. Kesenangan  atau kesusahan yang kita lalui hanya sementara saja. Semuanya adalah ujian Allah.  Semoga kita bisa  menulis jawaban terbaik di setiap  lembaran ujian kehidupan  ini,  dan mempersembahkan prestasi terbaik  di hadapan-Nya.  Pun  mampu menyiapkan  sebaik-baik bekal  untuk  memulai kehidupan  baru di alam sana nanti. Semoga…

Selasa, Maret 12, 2013

Konsolidasi PKS Banten



PKS Banten menggelar acara Konsolidasi Kader dan  Struktur  PKS se-Banten pada Ahad, 10 Maret 2013.  Acara tersebut  mengambil tempat  di ballroom Hotel Mangkuputra Cilegon.  Kader- kader  Pondok Aren turut hadir   dalam acara tersebut dengan menumpang  2 bus dan yang lainnya menggunakan kendaraan pribadi.  



Tampak hadir dan turut memberikan sambutan dalam acara tersebut adalah ketua DPW PKS Banten Ustadz Irfan Maulidi dan ketua wilda Banjabar Ustadz Makmur Hasanudin. Tim nasyid Izzatul Islam juga turut  hadir menyemarakkan acara ini dengan nasyid-nasyid yang menggelorakan semangat.



Orasi  Ustadz Anis Matta



Ustadz Anis Matta menyampaikan  taujih di hadapan ribuan kader yang hadir, selama kurang lebih satu jam.  Beliau mengawali orasinya dengan mengucapkan cinta  dan menyampaikan salam cinta dari qiyadah pada seluruh kader yang hadir.  Atas nama cinta pula  kita akan  memiliki energi untuk memenangkan pertarungan pada 2014, demikian lanjut beliau.



Ustadz Anis Matta  juga menjelaskan bahwa sebagaimana ketika kita menghadapi musibah, menghadapi kemenangan pun  kita memaknai dengan tafsir Islam.  Kemenangan pada awal dan akhirnya adalah  karunia Allah.  Sebuah takdir Allah. Namun Allah memberikan kemenangan, pasti ada syarat-syaratnya. Demikian halnya kekalahan juga memiliki sebab-sebabnya.  Karena takdir Allah diproses  melalui cara- cara  manusiawi, yang bisa dijelaskan secara manusiawi pula.


Bingkai pemikiran yang  akan digunakan untuk memenangkan 2014, menurut Ustadz Anis mengambil 3 referensi. Referensi tersebut adalah  pemikiran para ulama Islam (fiqh siyasi), memantau referensi politik modern  dan dari pengalaman politik praktis selama 15 tahun.  

Politik mempunyai dua sisi. Pertama, berhubungan dengan tujuan. Hal ini mulia,  sebagai alat untuk mencapai perubahan secara masif. Kedua, berhubungan dengan proses dan hal ini sangat keras. Seringkali orang menilai politik itu kotor karena melihat dari sisi  prosesnya saja.  Semua pihak dan ideologi ingin mencapai negara, sehingga jalan untuk mencapainya menjadi medan konflik.  Tabiat politik adalah konspirasi, maka konspirasi adalah fakta abadi dalam dunia politik. 



Kita  adalah pengikut para nabi.  Tidak ada nabi yang tidak memiliki musuh.  Maka kita pun harus bersabar  menapaki perjalanan yang melelahkan,  karena di dalam kelelahan itu tersimpan kenikmatan.



Politik yang berhubungan  dengan tujuan adalah sangat  mulia. Jika ada individu yang baik, ia akan mampu memberikan kebaikan bagi orang lain.  Sebuah keluarga yang baik  juga akan dapat memberikan kebaikan  kepada orang lain lebih banyak daripada individu.  Individu, keluarga, yayasan, perusahaan,  dan negara memiliki perbedaan skala. Negara  bersifat  masif. Jika digunakan untuk kebaikan maka akan memunculkan kebaikan yang berlipatganda. 



Seorang politisi muslim harus memiliki dua ketrampilan berupa manajemen perubahan dan manajemen konflik. Bisa menyikapi peristiwa yang terjadi secara cepat dan tepat.  Sebuah kesalahan fatal jika kita masih membedakan antara idealis dan pragmatis.  Juga tidak relevan membuat dikotomi antara agama dan negara, antara tarbiyah dan politik,  serta antara  idealis dan pragmatis. Seharusnya  kita menjadi orang idealis yang realistis, bukan menjadi kaum idealis yang tidak berdaya.



Kita harus memiliki karakter pemenang, mampu mengubah ilmu pengetahuan menjadi energi  dan mengubah visi menjadi obsesi disertai iman dan tawakal kepada Allah.  Obsesi akan turun ke dalam hati dan dikonversi menjadi energi. Obsesi adalah keinginan yang kuat, mimpi yang selalu menghantui yang akan mampu melahirkan  sebuah tekad (azzam). Tekad adalah energi  kekuatan yang membuat kita bergerak, membuat ide menjadi kenyataan.  


Kita juga harus memiliki kesabaran. Kesabaran dalam memikul beban, menghadapi musuh dan menghadapi bencana.  Rasulullah bersabda, “ Sesungguhnya manusia itu bagaikan 100 ekor unta, hampir-hampir tak kau temukan di antara mereka yang benar-benar rahilah.” (HR  Bukhari).  Maka karena jumlah orang-orang yang mampu memikul beban hanya sedikit, maka penduduk surga pun hanya sedikit.  Abu Bakar pun berdoa, “ Ya Allah, jadikanlah aku dari kelompok yang sedikit. “ 

 

Kita belajar dari sejarah, bahwa  jarak antara Nabi Yusuf diceburkan dalam sumur hingga  beliau bisa menceritakan  kejadian yang sesungguhnya adalah 40 tahun dan di riwayat lain adalah 80 tahun. Hal ini berarti 8 atau 16 kali pemilu di negara kita.   Maka kita pun harus  mampu bersabar.  Karena cara menghitung kemenangan adalah  semua yang memiliki nafas lebih panjang dan terus hidup.  Jika kita mempunyai obsesi dan kesabaran yang panjang, maka kita adalah sang pemenang. 

Di tengah para kader yang masih terlihat bersemangat mendengar orasi, Ustadz Anis Matta menanyakan  kemantapan hati  para kader.  Mereka  pun secara serentak menjawab, "Mantaaap..."Orasi  ini akhirnya ditutup  dengan takbir yang khidmat  dan  bergemuruh.  


***