Senin, Januari 17, 2011

Kesan Muslimah Negeri Jiran

Masjid Al Hikmah belasan tahun silam. Kami tengah bersama menghadiri sebuah kajian. Acara belum dimulai. Zulaikha namanya (bukan nama sebenarnya), seorang muslimah warga negara Singapura yang tengah menuntut ilmu di Jakarta, bersamaku dalam sebuah perbincangan menarik. Ia menceritakan bahwa dirinya senang tinggal di Indonesia karena apa-apa murah dan penduduknya ramah.

“Tetapi sungguh disayangkan, di Indonesia ini kotor dan tidak disiplin, padahal sebagian besar rakyatnya muslim. Sikap seperti itu berbeda sekali dengan ajaran Islam sendiri, ” komentarnya dengan logat Melayu yang kental. Ia membandingkan dengan negaranya yang serba bersih dan sangat menjaga kedisiplinan. “Di Singapura tak ada acara yang molor, semua berjalan sesuai dengan waktu yang direncanakan...,” imbuhnya dengan tutur kata yang lembut, tanpa terkesan merendahkan.

Hmmm... molor? Sepertinya banyak acara-acara kita memang sering molor dari waktu yang direncanakan. Acara pukul 09.00 seringkali baru dimulai paling cepat pukul 09.30, acara pukul 13.00 baru akan dimulai 13.30 dan seterusnya. Hal seperti ini memang agaknya sudah membudaya dalam bangsa kita.

Lain dengan yang ini. Acara di sebuah masjid Ahad siang kemarin, memberi warna berbeda. Tak sampai tiga menit aku menunggu, acara sudah dimulai pukul 13.00 teng. Aku menulis kesanku dengan menulis status di FBku yang jarang aku update, “ Aku suka acara Ahad siang kemarin coz ON TIME. Hmmm... yang kayak gini nih perlu dilestarikan...:)”. Teman-teman ikut memberi komentar bahwa kebiasaan seperti itu memang harus dibudayakan.

Aku setuju dengan teman-teman bahwa kita memang harus membangun budaya disiplin termasuk disiplin dalam hal waktu. Kita harus meninggalkan kebiasaan molor atau telat hadir dalam suatu acara. Sesekali dimaklumi jika kita telat karena alasan yang benar-benar syar’i, bukan karena kurang baik dalam memenej diri. Mungkin dengan hadir tepat waktu, akan menghabiskan sebagian waktu kita untuk menunggu peserta lain yang belum datang. Semua itu tidak sia-sia karena hal itu merupakan peran serta kita membangun budaya. Di mata Allah, amal sekecil apapun yang kita niatkan untuk-Nya akan mendapat balasan dari- Nya, karena Allah Swt adalah sebaik-baik pemberi balasan dan Mahaadil. Lagipula kita bisa menggunakan waktu menunggu itu sambil mengerjakan hal-hal yang bermanfaat, seperti tilawah Al Qur’an, membaca buku, atau mengobrol dengan teman agar lebih akrab.

Ah... hingga kini obrolanku dengan muslimah negeri jiran itu masih saja terngiang. Kata-kata yang diucapkannya belasan tahun silam itu, seperti baru kemarin sore terdengar. Kini terngiang juga lagu merdu Raihan yang berisi nasihat agar tak menyia-nyiakan waktu dan kesempatan...

Demi masa...
Sesungguhnya manusia kerugian
Melainkan yang beriman dan beramal sholeh

Demi masa...
Sesungguhnya manusia kerugian
Melainkan nasihat kepada kebenaran dan kesabaran

a a a.....

Gunakan kesempatan yang masih diberi moga kita takkan menyesal
Masa usia kita jangan disiakan kerna ia takkan kembali

Ingat lima perkara sebelum lima perkara
Sehat sebelum sakit
Muda sebelum tua
Kaya sebelum miskin
Lapang sebelum sempit
Hidup sebelum mati...


***
Tulisan ini terutama buat diri sendiri yang masih harus banyak melakukan perbaikan :)