Ustadz Ragil Kuncoro, Ak, M.Sc. telah dipanggil untuk berpulang ke pangkuan Sang Khalik, Rabu pagi kemarin. Enam hari sebelumnya, saya sempat kaget mendengar kabar bahwa beliau sakit hingga
koma. Pagi itu, saya kembali dikagetkan
dengan kabar meninggalnya. Kaget karena dua hari sebelumnya, ada kabar bahwa kondisi beliau telah membaik. Beliau sudah siuman, mengenali dan tersenyum pada para penjenguk. Saat itu kami turut senang dan mendoakan agar beliau
segera sembuh dan bisa beraktifitas seperti sedia kala. Namun, rupanya Allah
berkehendak lain.
Innalillahi
wa inna ilaihi raaji’uun. Sesungguhnya kita adalah milik Allah dan kepada-Nyalah kita akan
kembali.
Saya tak terlalu mengenal Ustadz Ragil, tetapi saya mengenal isteri
beliau, Mbak Lilis Widayani. Mbak Lilis,
kakak kelas dua tahun di atas saya. Akhwat
yang manis, lemah lembut, dan pelan-pelan bicaranya. Lebih
dua puluh tahun silam, tepatnya awal
tahun 1992, kami sering bersama dalam perjalanan pulang
dari Kramat Sentiong mengikuti kursus bahasa Arab. Saat itu kursus bahasa Arab masih
jarang-jarang, tidak bertebaran di mana-mana seperti sekarang.
Saya lebih
banyak mengenal Ustadz Ragil dari milis
sebelah. Seringkali saya mengamati postingan atau komentar
orang-orang di milis itu. Salah satu
milister yang aktif adalah Ustadz Ragil. Sepuluh hari menjelang wafatnya, beliau pun masih berkesempatan menulis.
Subhanallah,
cara beliau mengungkapkan pendapat patut dicontoh. Pun demikian, ketika beliau menyampaikan
ketidaksetujuan atas pendapat orang lain. Kata-katanya terpilih, cerdas,
santai, dan santun. Sesuatu yang
menunjukkan kelemahlembutan dan kemuliaan akhlak.
Siang itu,
ketika melepas keberangkatan Almarhum menuju tempat istirahatnya yang panjang, air mata pun bercucuran di
wajah-wajah para pentakziah. Beberapa sambutan tengah disampaikan dan doa-doa tulus tengah
dimohonkan dengan khusyu.
Selamat
jalan Ustadz Ragil...
Doa kami menyertai. Semoga Allah mengampuni dosa-dosa, memberikan tempat terbaik di sisi-Nya, memberikan kebahagiaan, dan memasukkan beliau ke dalam golongan ahlul jannah. Kami di sini menjadi saksi atas kebaikan-kebaikan beliau. Buat Mbak Lilis dan seluruh keluarga yang ditinggalkan, semoga Allah senantiasa menganugerahi keikhlasan, kesabaran, ketabahan, dan kemudahan dalam segala urusan.
Doa kami menyertai. Semoga Allah mengampuni dosa-dosa, memberikan tempat terbaik di sisi-Nya, memberikan kebahagiaan, dan memasukkan beliau ke dalam golongan ahlul jannah. Kami di sini menjadi saksi atas kebaikan-kebaikan beliau. Buat Mbak Lilis dan seluruh keluarga yang ditinggalkan, semoga Allah senantiasa menganugerahi keikhlasan, kesabaran, ketabahan, dan kemudahan dalam segala urusan.
***
Saat ini,
ketika menulis catatan ini, saya kembali
merenung. Teringat oleh saya nasihat Imam Ghazali, bahwa yang
paling dekat dengan kita di dunia ini adalah kematian. Kita tak tahu kapan, di mana, dan sedang apa
saat sang maut menjemput. Bisa saja esok
atau lusa bahkan beberapa jam atau
beberapa menit lagi, kita bukan lagi
penghuni alam dunia ini.
Hidup di
dunia ini hanya sekali, tak kan bisa kita mengulanginya lagi. Kesenangan atau kesusahan yang kita lalui hanya sementara
saja. Semuanya adalah ujian Allah. Semoga kita bisa menulis jawaban terbaik di setiap lembaran ujian kehidupan ini, dan
mempersembahkan prestasi terbaik di
hadapan-Nya. Pun mampu menyiapkan sebaik-baik bekal untuk memulai kehidupan baru di alam sana nanti. Semoga…
Tidak ada komentar:
Posting Komentar