Kemenangan luar biasa yang
dicapai Partai Keadilan dan Pembangunan atau AKP (Adalet ve
Kalkinma Partisi) Turki, menginspirasi para kader PKS Pondok Aren untuk mendiskusikannya. Mereka mengadakan bedah buku
berjudul Kebangkitan Pos-Islamisme, Analisis Strategi dan Kebijakan AKP
Turki Memenangkan Pemilu pada Ahad, 9
September 2012. Hadir sebagai pembicara
adalah penulis buku tersebut Ustadz
Ahmad Dzakirin,S.Si, M.Sc dan
Ustadz Ika Fithriyadi, Ak.
Ustadz Ahmadz Dzakirin memaparkan
bahwa AKP bekerja keras memulihkan
ekonomi Turki dan ‘berpuasa’ untuk tidak
berlebihan menikmati fasilitas negara. Alhasil, mereka menang secara meyakinkan
tiga kali berturut-turut: 34% (2002), 46% (2007) dan 50% (2011). AKP mematahkan
anggapan sementara orang bahwa partai Islam hanya mampu berjualan moral.
Mereka membuktikan sebagai sebuah partai yang mampu menunjukkan
kinerja ekonominya secara luar biasa.
Di negara kita, partai
yang pernah menjadi partai besar, umumnya dengan cepat pula meletus. Tidak demikian
halnya dengan AKP. Partai itu mendapat
dukungan luas dan meraih sukses selama
lima dasawarsa. Kemungkinan ada nilai-nilai besar atas
kesuksesan AKP yang bisa
ditransformasi di Indonesia.
Pemimpin Turki sekarang ini, Recep
Tayyip Erdogan adalah seorang visioner yang memiliki visi dan misi yang
kuat. Beliau adalah seorang jenderal
jenius yang mampu mengeksploitasi friction
and fog of war (perpecahan dan ketidakpastian dalam perang) menjadi peluang dan kekuatan. Pengalaman
politik nyata beliau telah
menempanya menjadi pemimpin yang memiliki talenta tinggi, intuisi yang tajam,
dan kecerdasan emosional yang matang.
Kehadiran dan sukses AKP setidaknya
membawa dua tesis penting. Pertama, kegenialan terobosan para politikus AKP yang berlatar belakang islamis dalam
memecahkan kebekuan politik. Kedua, AKP menawarkan terobosan yang genial dan di
luar kejamakan berpikir (out of box)
kalangan Islamis. Secara konseptual AKP memberikan interpretasi cerdas tentang
sekulerisme, demokrasi dan inter-relasinya dengan Islam. Mereka membantah
pesimisme sebagian kelompok Islam (misalnya HT dan Salafi) dan
pengamat barat tentang ketidaksinkronan Islam dan demokrasi.
Tesis baru yang dibawa AKP adalah adanya
relasi antara islamis-demokrasi -kemakmuran.
Perkawinan islamis progresif
dan demokrasi membawa pada kemakmuran. AKP membuktikan diri
dapat menjadi partner andal dalam
mengelola negara tanpa korupsi dan amoralitas. Ketika berkuasa AKP memperkuat
demokrasi dan pengelolaaan negara yang akuntabel. Ekonomi Turki maju,
pengangguran berkurang dan terbuka akses ekonomi yang lebih luas. Turki di
bawah AKP mampu bangkit menjadi negara industri baru.
Pemerintahan islamis –Erbakan hanya berusia pendek karena kudeta militer. Hal demikian tidak
terjadi pada AKP. Sesuatu yang
menunjukkan kelebihan AKP atas pendahulunya
Partai Refah.
Awalnya AKP hanya 20 persen menguasai media. Media-media yang ada di Turki saat itu dikuasai oleh kaum liberal. Dalam jangka
waktu lima tahun, AKP telah mengakuisisi
media di Turki sebesar 70 persen. Beliau mengatakan media yang dimiliki oleh
AKP Turki benar-benar dijalankan oleh profesional. Mereka punya koran,
radio, televisi dan media online.
Pada kesempatan tersebut, seorang
peserta berkomentar bahwa kondisi ekonomi Indonesia dan Turki sebelum AKP adalah sama. Di sisi lain medan dakwah
di Turki
sebenarnya lebih berat . Indonesia
adalah negara pancasila, sementara Turki adalah negara sekuler. Menurutnya
seharusnya PKS bisa mencontoh AKP.
Meski beliau sempat menanyakan kemungkinan ada something wrong, tetapi beliau berpendapat bahwa PKS saat ini
tetaplah partai terbaik di Indonesia.
Menurut pengamatan beliau, AKP di bawah Erdogan melakukan perubahan
lebih revolusioner dan mengedepankan hal-hal yang disepakati bersama yaitu
perbaikan ekonomi.
***
Hebat banget dan artikelnya juga sangat bagus
BalasHapus