Tika menyerahkan
proposal (biodata) nikah kepada guru
ngajinya, sambil berpesan agar
proposalnya disimpan sebagai arsip dulu
saja. Ia tidak mau mendahului kakak
perempuannya. Kedua orang tuanyapun menginginkan kakaknya menikah lebih dulu, baru
Tika.
Gadis manis yang lembut, dewasa, pengertian, dan keibuan itu pun
bercerita, bahwa sebenarnya ia pun sudah ingin mengikuti jejak kawan-kawannya
yang satu demi satu melangkah menyempurnakan
setengah dien. Bagaimanapun tinggal di sebuah kota besar, akan merasa lebih tenang
kalau ada kawan dan keluarga tempat berbagi suka dan duka. Tetapi menjaga perasaan kakak dan keridhaan orang
tua, menjadikannya lebih mengalahkan
keinginan diri.
Sudah cukup lama proposal
itu Tika serahkan. Ia masih belum tahu sampai
berapa lama waktu menunggu. Apalagi, kakaknya pun belum menunjukkan tanda-tanda hendak
segera menikah.
Setali tiga uang.
Intan, gadis manis, keibuan,
yang pintar memasak, luwes
dan selalu ceria itu pun beberapa kali
menyatakan kebelumsiapannya untuk
menikah. Alasannya sama, menunggu
kakak-kakaknya. Sambil meneteskan air
mata, ia mengatakan bahwa
rasanya terlalu egois jika
mendahului saja kakaknya menikah tanpa mempertimbangkan perasaan kakak-kakaknya
. Menurutnya, selama ini kakak-kakaknya
banyak berjasa dan berkorban
untuknya. Mungkin salah satu hal yang menyebabkan kakak-kakaknya menunda
pernikahan adalah karena mereka saat itu
harus turut membantu membiayai
pendidikan adik-adiknya.
Intan belum
mengetahui kapan pastinya akan siap menikah. Semua
tergantung kakaknya. Karenanya, Intan belum bersedia menjalani
proses taaruf dengan siapapun. Ia tak ingin
ada perasaan memiliki atau terlanjur jatuh cinta pada seseorang yang belum tentu ditakdirkan
Allah untuk menjadi pasangan hidupnya.
Ia ingin menjaga hatinya agar tetap netral hingga saatnya tiba.
***
Anda pernah dilangkahi adik? Atau Anda pernah melangkahi
kakak? Bagaimanakah perasaan Anda saat
itu?
Sebagian besar masyarakat kita memang masih menganggap tabu jika
seorang adik melangkahi kakak.
Terlebih lagi kalau sang kakak
adalah wanita. Ada semacam anggapan
bahwa seorang kakak yang dilangkahi adik
nanti akan bernasib sial, sulit
bertemu jodoh dan sebagainya. Takhayul memang, tapi itulah yang berkembang
dalam masyarakat kita.
Sebagian lainnya
melarang sang adik melangkahi kakak dengan alasan yang lebih rasional,
menjaga perasaan kakak. Bagaimanapun
dalam hatinya yang paling dalam, seorang kakak akan merasa sedih jika didahului adiknya
menikah. Dilangkahi adik seolah menjadi
aib tersendiri bagi seorang perempuan.
Ada perasaan sensitif yang luar
biasa dalam. Ada perasaan kehilangan
sang adik. Ada perasaan khawatir
dianggap tidak laku atau kalah sama
adik, dan sebagainya.
Banyak misteri Allah dalam hidup ini, di antaranya jodoh dan
maut. Kita sering menyaksikan di sekitar kita bahwa Allah memanggil hamba-hamba-Nya
untuk kembali menghadap-Nya tanpa
melihat usia. Sering kita memperhatikan
banyak keluarga, sang adik dipanggil menghadap Allah terlebih dahulu bahkan jauh sebelum sang kakak. Pernahkah
terlintas dalam benak kita bahwa hal demikian adalah sebuah aib? Tidak
bukan? Hal itu karena kita meyakini sepenuhnya bahwa ajal adalah sebuah
keputusan Allah. Tak harus urut berdasarkan
usia.
Demikian halnya dengan pernikahan. Alangkah baiknya kalau kita mencoba mengubah
sudut pandang kita, keluarga kita,
dan masyarakat kita bahwa menikah
tak mesti urut berdasarkan usia. Mungkin awalnya berat, tetapi
seiring dengan berjalannya waktu dan atas izin Allah maka akan makin banyak orang yang mengubah pandangannya. Semula masyarakat
yang menganggap tabu melihat seorang kakak dilangkahi adik, akhirnya menganggap hal itu sebagai suatu hal
yang biasa saja.
Alangkah baiknya kita berusaha berpikir bijak dan mencoba
memahami orang – orang di sekitar kita. Jika kita sebagai orang tua, ada
baiknya kita memahami semua anak kita.
Kita memahami perasaan anak yang lebih
tua ketika dilangkahi adiknya, pun memahami sang adik pula. Bisa jadi sang
adik saat ini banyak mendapat tawaran untuk menikah. Belum tentu
saat sang kakak sudah menikah dan kita
sudah memberi izin pada sang adik, hal
yang sama akan terjadi. Untuk itu, jika
kita menginginkan sang adik menunggu kakaknya , sepertinya akan lebih baik jika
disertai batasan waktu menunggu. Dengan sikap bijak dan doa- doa
tulus kita, bisa jadi Allah akan memudahkan jodoh bagi semua anak kita.
Mungkin sang adik menikah terlebih
dahulu tetapi tak lama kemudian Allah
mempertemukan sang kakak dengan jodohnya.
Jika kita
sebagai kakak, kita berusaha menguatkan dan
menyamuderakan hati ketika akan
dilangkahi adik. Kita mencoba mendamaikan perasaan, dan berusaha
mengedepankan Allah di atas segalanya. Ada baiknya bagi kita untuk senantiasa
memperbaharui keyakinan bahwa segala
sesuatu yang dilakukan dengan
mengutamakan Allah akan membuahkan hal-hal
indah di dunia dan di akhirat.
Tak ada pengorbanan kita yang sia-sia, termasuk mengikhlaskan adik untuk
menyegerakan pernikahan.
Allah adalah
sebaik-baik pemberi balasan. Pun dengan
kasih sayang dan izin-Nya, Allah akan menyegerakan jodoh kita dan mengubah pandangan orang, yang semula
negatif menjadi positif. Tak lagi ada anggapan miring. Malah sebaliknya, orang –orang sekitar
akan melihat kita sebagai orang yang berjiwa besar. Semua itu mudah saja bagi Allah.
Ketika kita dalam posisi adik,
kita berusaha melakukan pendekatan pada
seluruh anggota keluarga terutama orang tua dan kakak-kakak. Kita perlu
meyakinkan orangtua kita bahwa bukanlah
sebuah aib atau suatu kegagalan
jika ada anak perempuannya yang
didahului adiknya menikah. Justru yang
menjadi aib adalah ketika ada anggota keluarga yang bermaksiat kepada Allah.
Kita harus pandai-pandai mengambil hati mereka,
sehingga pada akhirnya mereka
dengan tulus memberi izin pada kita untuk mendahului kakak. Izin yang
sepenuh hati bukan setengah hati, sehingga
kelak seluruh anggota keluarga bisa menerima dan merasa nyaman ketika ada
anggota keluarga baru. Pun demikian dengan suami kita nantinya.
Kita juga harus pandai-pandai memahami perasaan kakak kita,
terlebih kakak perempuan.
Kemungkinan kakak kita akan
menjadi lebih sensitif setelah kita mendahuluinya menikah. Rasa itu
muncul bukan saja akibat tekanan sosial dari lingkungan, tetapi juga adanya perasaan –perasaan lain, termasuk
perasaan kehilangan . Selama ini mungkin kita
begitu dekat dengan kakak, tiba-tiba ada seseorang yang masuk dalam
kehidupan kita, di saat kakak kita masih sendiri. Oleh karenanya diperlukan
kepandaian kita pula dalam bersikap.
Penting bagi kita untuk
berdakwah pada keluarga, mengkondisikan mereka dengan nilai-nilai Islam.
Islam memberikan kesempatan yang
seluas-luasnya bagi siapa saja yang
telah siap menikah untuk segera
menikah. Jadi , jelas tidak ada larangan
buat seorang adik untuk mendahului
kakak. Yang penting tinggal bagaimana kita bersikap. Target kita bukan sekedar tak
berkurang kemesraan hubungan antara kita dengan orang tua dan kakak. Lebih penting lagi, bagaimana nantinya
seluruh anggota keluarga, termasuk suami kita bisa menerima dan diterima secara
utuh satu sama lain.
Rasulullah Saw bersabda,
"Wahai Ali, tiga perkara, janganlah engkau menunda-nundanya; shalat jika
telah datang waktunya, jenazah jika telah tiba dan (menikahkan) seorang wanita
yang belum menikah jika engkau telah mendapatkan (pasangan) yang cocok (sepadan
dengannya)." (HR
At-Tirmidzi)
Silaturahim, Bu.
BalasHapus